Tag

, , , , , , ,

Author : Bee

Main Cast : Go Miho, Eunhyuk

Support Cast : Euncha, Leeteuk, Lee Jihoon

Cameo : Lee Donggun, Ji Sangryeol, Minho, Key, Suju members

Rating : AAbK

Genre : Romance

PS : Akhirnya! Ini dia episode terakhir My Lovely Fox. FF sinetron yang panjang ngaudubileh. Terima kasih untuk readers-deul yang mau ngikutin sampe sini. Part ini sepertinya jauh lebih singkat dari part-part sebelumnya, tapi semoga tetap bisa memuaskan semuanya. Sekali lagi, makasih ya, Yorobeundeul… *bow*

url: http://wp.me/p1rQNR-6W

^^^

“Jadi kamu tadi bilang kamu mencintai siapa?” Eunhyuk duduk di depan setirnya. Pandangannya lurus ke depan tapi pertanyaannya jelas ditujukan pada Miho yang sekarang duduk di sebelahnya.

Muka Miho memerah, tapi dia tidak mau menoleh ke arah Eunhyuk. “Aku ga bilang aku cinta siapa-siapa.”

Eunhyuk memalingkan kepalanya ke jendela. Jadi Miho masih tidak mau mengaku. “Ya udah, kalo gitu mendingan aku tadi ngaku aja ke Euncha kalau aku suka dia.”

Miho menoleh cepat. “Jadi kamu emang suka dia?” Miho bertanya hampir berbisik. Saat Eunhyuk menatapnya, mata wanita itu berbinar khawatir. Hati Eunhyuk jadi meleleh.

Setelah kesalahpahaman diuraikan, tadi Leeteuk memutuskan untuk cepat-cepat menyingkir dari rumah makan itu. Alasannya sih karena dia masih ada pekerjaan. Eunhyuk sempat mengikuti hyungnya itu ke mobil dan mengatakan dengan tegas bahwa dia menyukai Miho. Sekaligus meminta maaf karena selama ini bersikap tidak terbuka pada Leeteuk. Karena itu dia dihadiahi tamparan pelan di pipinya oleh sang hyung. Tamparan yang dilandaskan rasa sayang sebab waktu itu Leeteuk juga berkata, “Kita ini sudah bersaudara sekian tahun, jangan pendam rasamu sendiri, anak bodoh!”

Sementara itu Jihoon dan Euncha juga memutuskan untuk segera pergi setelah Euncha menghabiskan makanannya. Yang tertinggal kemudian hanyalah Eunhyuk dan Miho yang juga tidak ingin berlama-lama di sana. Saat ini mobil Eunhyuk sedang berhenti di depan gedung teater. Akhirnya dia yang mengantar Miho kembali. Tapi wanita itu dari tadi hanya diam, bahkan bersikap seolah mereka orang yang baru kenal, bukan dua orang yang selama ini sudah berteman.

Eunhyuk yakin bahwa tebakannya tentang Miho yang menyukai dirinya tidak salah, tapi dia ingin mendengarnya langsung dari mulut wanita itu. “Beri tahu aku, kamu sukanya sama siapa?” tanyanya lembut.

Miho ingin mengelak, tapi tatapannya dikunci oleh tatapan Eunhyuk. Mulutnya bergerak-gerak pelan tapi tak ada suara yang keluar. Eunhyuk jadi tidak sabar. Tangannya terangkat ke rambut Miho, menyelipkan sehelai rambut ke balik telinganya. “Aku menyukai Euncha. Dia anak yang baik. Tapi aku mencintaimu,” katanya pelan.

Seketika mata Miho terbelalak. Pipinya bersemu merah. Eunhyuk jadi ingin menciumnya.

Menyadari pemikirannya itu, Eunhyuk tiba-tiba merasa malu sendiri. Ya ampun, bagaimana mungkin dia memikirkan hal seperti itu sekarang ini? Miho bahkan belum mau mengakui perasaannya. Bagaimana kalau sebenarnya perasaan Miho padanya belum sekuat yang dipikirkannya? Mau ditaruh mana mukanya?

Dilepaskannya lilitan rambut Miho di jarinya, lalu dia berkata, “Masuk sana. Udah telat latihannya kan?” sambil melepaskan kaitan sabuk pengaman Miho.

Miho menahan tangan Eunhyuk. “Hyuk, ada yang ingin aku ceritakan padamu. Ini ga bisa menunggu.” Lalu ekspresi Miho berubah merasa agak konyol pada diri sendiri, “Yaaah, sebenarnya bisa sih, tapi aku ingin mengatakannya padamu, sekarang.”

Eunhyuk sekarang mengambil sikap serius mengamati Miho. Wanita itu menelan ludah dengan gugup. “Aku… Aku…” matanya berkeliaran mencari fokus lain agar tak menatap Eunhyuk. Sial, kenapa di depan Eunhyuk dia tidak bisa bersikap tenang dan lebih dewasa sih?! Kesal Miho pada dirinya sendiri.

Mungkin karena aku takut rasa cinta yang tadi diungkapkan cowok ini akan lenyap begitu mendengar kata-kataku. Tapi aku tak mau kalau dia tidak tahu. Lebih dari apapun, aku ingin dia menerimaku seutuhnya, maka aku ingin mengatakan fakta pahit itu. Lebih baik cintanya pergi sekarang daripada pada akhirnya nanti dia merasa terluka karena dipikirnya aku membohonginya lagi. Miho menjawab sendiri kegugupannya.

Dia kemudian menarik nafas memberanikan diri. “Hyuk, aku… aku ini.. aku,” bibirnya mulai bergetar. Dia sangat marah dan sedih karena memiliki kenyataan yang begitu menjijikan. “Aku, tidak seperti yang kau pikirkan.”

Eunhyuk menatapnya tak mengerti.

Saat Miho menangkap pandangan Eunhyuk, rasa takut, malu, dan sedih melandanya bersamaan dengan rasa pasrah. Dia berbisik lirih sekali, “Aku kotor, Hyuk… Aku pernah diper—”

Ucapannya terpotong oleh gerakan Eunhyuk yang tiba-tiba. Pria itu merangsek ke arahnya. Dia mengulurkan tangan hendak memeluknya, tapi Miho malah mendengar erangan, “Aaaa~”

Eunhyuk malu sekali. Dia ingin memeluk Miho karena tak ingin wanita itu merasa tersiksa saat mengatakan masa lalunya. Tadi begitu dia mendengar bahwa Miho menganggap dirinya sendiri kotor, Eunhyuk langsung tahu apa yang hendak diucapkan wanita itu. Dia ingin menghapus ucapan itu, meyakinkan bahwa Miho sama sekali tidak kotor. Dia begitu terburu-buru sampai melupakan sabuk pengaman yang masih menahan dadanya. Akibatnya sekarang dadanya sakit karena tertahan paksa oleh sabuk pengaman yang terkunci otomatis.

Mood sendu Miho serta-merta menghilang. Dia langsung agak bete. Bagaimana tidak? Dia sudah bersusah payah mengumpulkan keberaniannya untuk membeberkan hal sepenting ini, Eunhyuk malah bertingkah konyol. “Ya! Ngapain sih kamu?!”

Wajah Eunhyuk sekarang sudah merah sekali. Karena malu dan agak takut melihat Miho Galak sudah kembali. Dia tidak bisa menjawab.

“Aku itu lagi mau ngomong serius, tahu?!” Miho bersungut-sungut.

Eunhyuk tak berani bergerak melihat ekspresi Miho sudah begitu.

Miho memandangnya lalu mengalihkan tatapannya ke arah depan. “Padahal aku mau ngomong hal yang penting banget! Aku mau kamu tahu! Biar kamu ga nyesel nantinya udah gobaek sama aku kayak tadi! Ini tentang masa lalu—”

“HAJIMA!” Eunhyuk tiba-tiba berteriak.

Miho terkejut dan menoleh.

“Hajima,” Eunhyuk mengulangi dengan lebih pelan. “Jangan katakan kalau itu akan membuatmu menangis. Kalau kamu mau tahu, aku udah tahu. Ga penting bagaimana aku bisa tahu, yang jelas aku justru yakin aku memang mencintaimu setelah aku tahu. Jadi jangan katakan hal itu kalau emang itu bikin kamu ga nyaman. Uri Miho ga bersalah. Uri Miho ga…” Eunhyuk menelan ludah, “Uri Miho ga kotor,” lanjutnya sambil berbisik.

Miho terpana. Terkejut. Tidak menyangka.

Bagaimana Eunhyuk bisa tahu? Siapa yang mengatakannya? Kenapa cowok itu masih bisa mencintainya?

Pertanyaan terakhir menohok Miho dengan rasa haru yang demikian besar. “Kenapa kamu masih… mencintaiku?” tanya Miho dengan suara seperti tercekik.

Eunhyuk menatap wajah Miho lalu dengan putus asa kembali menyandar di bangkunya sendiri. “Geunyang…” jawabnya menggantung.

Miho menanti.

Eunhyuk menoleh menatap wajah yang dicintainya. “Geunyang, aku mencintaimu, itu aja.” Cowok itu lalu menunduk. Mukanya memerah malu karena mengatakan hal seperti itu.

Selama beberapa saat tak ada yang berbicara, lalu terdengar suara desahan berat dari sebelah Eunhyuk. Begitu dia menoleh, dia sangat terkejut melihat Miho ternyata sedang menangis. Dia mengerang dan lagi-lagi lupa pada sabuk pengamannya, dia mencondongkan tubuh ke arah Miho. “Kenapa nangis?”

Miho manyun sambil membersit hidungnya. “Molla~”

Tangan Eunhyuk meraih tangan Miho. “Uljima, kalau kamu begini aku benci.”

“Gimana sih, orang aku udah nangis ya ga bisa berenti gitu aja dong!” Miho protes. Air matanya masih mengalir deras.

Eunhyuk menggaruk pelipisnya yang sama sekali tidak gatal. Sorot matanya frustasi. “Makanya aku tanya, kenapa kamu nangis? Kamu ga suka aku gobaek? Kamu keberatan? Mau ditarik lagi ucap—”

“Pabbo! Aku ini lagi terharu!”

Eunhyuk menghela nafas mendengar kata-kata Miho. Dia hanya bisa terdiam.

“Aku pengin dipeluk~” tiba-tiba Miho berkata di sela isakannya.

Eunhyuk kaget. Dia seperti salah dengar. Tapi tidak ingin salah dengar. Dia juga ingin memeluk Miho. Perlahan tangannya terulur dan merengkuh pundak Miho yang sekarang maju mendekatinya. Gerakannya agak terhalang oleh sabuk pengaman, tapi sesaat kemudian dia bisa memeluk Miho lebih leluasa. Ternyata wanita itu yang membantu membuka kunci sabuk pengamannya. Selama beberapa saat mereka berada dalam posisi itu. Dengan tangan Eunhyuk terus membelai kepala Miho dan Miho membebankan tubuhnya di pundak Eunhyuk.

Eunhyuk mengucapkan sesuatu. Pelan tapi jelas, “Mihyung, tolong jangan terluka lagi. Saranghae.”

Miho merespon dengan membenamkan wajahnya lebih dalam ke leher Eunhyuk, lengannya memeluk pinggang Eunhyuk erat. Rasanya keduanya tidak ingin berpisah. Miho tidak ingin masuk untuk latihan, Eunhyuk tidak ingin kembali bekerja. Hanya ingin berada di dalam mobil menemani yang lainnya.

Akhirnya Miho lebih dulu bisa menguasai diri. Dia bangun dan membereskan bawaannya yang memang tidak berantakan. Dia menggumamkan sesuatu seperti “Harus latihan,” dan “Ditunggu Sajangnim.”

Eunhyuk melepaskannya dengan agak berat. Dia hanya mengangguk mendengar alasan Miho.

Seperti tidak sadar Miho melangkah keluar dari mobil. Sambil melangkah ke arah pintu gedung dia bolak-balik menoleh ke arah mobil Eunhyuk. Di sana dia menoleh sekali lagi ke arah mobil Eunhyuk sebelum kemudian menghilang ke dalam gedung.

Eunhyuk sendiri terus mengamati Miho hingga wanita itu benar-benar masuk ke dalam gedung baru melajukan mobilnya pergi.

Sepanjang latihan sore itu Miho merasa bagai di awang-awang. Rasanya seperti mimpi mendengar Eunhyuk mengatakan mencintainya. Dia tidak sedang bermimpi kan? Rasanya baru tadi pagi hatinya dipenuhi kegalauan, sore ini semuanya sudah berubah. Miho sampai takut malam ini semuanya berubah lagi.

Kekhawatirannya ternyata tidak beralasan. Malam itu saat keluar dari gedung teater, Eunhyuk sudah menunggunya di tempat yang sama seperti saat pria itu pertama kali menjemputnya. Saat pandangan mereka bertemu, keduanya tersenyum senang. Bahagia melihat lagi alasan senyum mereka berkembang.

Di depan pagar rumahnya, Miho berlama-lama membuka sabuk pengaman. Dia sedang mempertimbangkan rencananya. Akhirnya dia berbisik pelan sebelum keluar dari mobil Eunhyuk, “Kalau kamu bener-bener pengin tahu, aku jatuh cinta sama Lee Hyukjae.”

Lalu dia buru-buru keluar dan memasuki pagar. Hatinya berdebar keras sekali sehabis mengatakan itu, tapi senyumnya mampu membuat malam berubah lagi jadi siang saking cerahnya.

Di mobil, Eunhyuk terpaku. Dia tidak menduga Miho akan benar-benar mengatakannya. Setelah sadar tawanya meledak dan dia bersorak-sorak seperti orang gila di dalam mobil. “Yuuuuhuuuu!” serunya.

Sesampainya di asrama, sebelum berangkat tidur, Eunhyuk menyempatkan diri main ke kamar Leeteuk dan memeluk hungnya itu kuat-kuat. “Terima kasih, Hyung!”

Leeteuk hanya mampu memutar bola matanya melihat kelakuan sang dongsaeng yang perlahan mulai gila.

^^^

Tiga minggu kemudian, beberapa member Super Junior tampak berada di sebuah gedung pertunjukan tak terkenal. Di antara mereka juga nampak Choi Minho dan Key yang merupakan personil Shinee. Mereka hendak menyaksikan drama yang dimainkan Miho. Mereka duduk di barisan depan, tapi di belakang deretan bangku yang diisi oleh keluarga Miho ditambah Jihoon.

Di belakang, tampak beberapa wartawan dari berbagai media. Tujuan utama mereka tentu saja adalah para idola yang sengaja datang menyaksikan pertunjukan kecil dari kelompok teater yang tidak seberapa terkenal ini. Sebagian upaya publikasi itu diusahakan oleh Lee Donggun yang sengaja menghembuskan gosip mengenai kehadiran para idola itu sebagai umpan.

Fakta bahwa pemeran utama drama ini adalah Go Miho, pasangan leader Super Junior, menjadi daya tarik berikutnya. Publik seolah haus akan kesempatan untuk mengkritik. Mereka begitu ingin tahu siapa sih Go Miho? Apakah dia hanya seorang wanita yang numpang ketenaran lewat nama Leeteuk? Media tentu saja dengan senang hati memfasilitasi semua spekulasi yang seolah terdengar merugikan Miho itu. Tapi Donggun tahu, ini justru momen yang sangat bagus untuk membuat nama Miho dikenal. Hitung-hitung sebagai pra-debut.

Setelah mengetahui hubungan palsu antara Leeteuk dan Miho, Donggun segera berpikir untuk memanfaatkan hal itu semaksimal mungkin. Ternyata Leeteuk sama sekali tidak keberatan. Mereka sepakat untuk terus menjalani hubungan palsu itu selama beberapa bulan ke depan, meski Donggun berkeras agar hubungan itu harus diakhiri sebelum Miho melakukan debutnya. Pria itu ingin agar nama Miho muncul secara mandiri, bukan karena menumpang nama Leeteuk. Manajemen Super Junior juga setuju sebab mereka harus melindungi nama Leeteuk agar tidak dicap sebagai playboy yang hanya memacari seorang wanita dalam waktu relatif singkat.

Ketika kesepakatan itu terbentuk, Eunhyuk agak keberatan, tapi karena baru Leeteuk yang tahu mengenai hubungannya dengan Miho, maka dia tidak bisa berkata banyak. Leeteuk berusaha meyakinkannya dengan mengatakan bahwa Miho sudah seperti adiknya sekarang, jadi Eunhyuk tidak perlu khawatir.

Sementara Miho membuat hatinya dipenuhi haru karena wanita itu berkata, “Aku dicaci-dimaki-diserang, itu sudah biasa. Tapi kalau sampai kamu yang dihina atau direndahkan karena dicap merebut pacar hyungmu, aku bersumpah aku akan berubah jadi Sangji dan membunuhi semua orang itu! Makanya, jangan rubah aku jadi Sangji. Tetaplah jadi Hyukjae-ku sekarang ini. Hyukjae yang senantiasa mendukungku dan yang hanya aku yang bisa melihatnya.”

Eunhyuk hampir kehilangan akal sehat dengan mencium Miho habis-habisan malam itu. Apalagi saat itu adalah saat-saat terakhir sebelum dia harus terbang lagi ke Taiwan. Untung dia masih punya sedikit kendali diri. Dia hanya memeluk Miho erat lalu mencium keningnya lama.

Saat Eunhyuk benar-benar harus pergi, Miho mengejutkannya dengan mencium kedua pipinya sambil berbisik, “Saranghae, percayalah.”

Kembali ke saat sekarang, Miho sedang mengintip dari balik layar. Ayah dan ibunya tampak jelas di barisan depan. Wajah mereka sumringah dan bangga. Ibunya bahkan memakai gaun baru. Melihat keduanya membuat hati Miho menghangat. Akhirnya mereka akan menyaksikan kemampuan anaknya di atas panggung. Miho pasti akan berusaha agar mereka bangga padanya. Hanya itu yang bisa dilakukannya untuk membalas semua cinta mereka yang tanpa syarat.

Lalu pandangannya menangkap Euncha dan Jihoon. Mereka berpegangan tangan sambil sesekali melihat ke arah panggung dengan tak sabar. Kedua orang itulah pendukung hidupnya selama ini. Tak terbayangkan hari-harinya bila mereka tak ada. Samchon dan imonya juga nampak di sebelah Euncha. Mereka begitu tenang dan berkelas, namun kebanggaannya tak bisa ditutupi karena mereka didampingi putri yang cantik beserta calon menantu kesayangan.

Di atas mereka, dia melihat Donggun, yang percaya penuh pada kemampuannya sejak awal. Lalu Leeteuk, yang tak pernah berhenti melimpahinya dengan perhatian. Begitu juga dengan member Super Junior lain yang hadir. Mereka selalu bersikap baik padanya bahkan saat mereka berpikir dia makhluk jadi-jadian. Mengingat itu tawa kecil Miho terlepas. Lalu dia melihat Minho dan Key. Dua idola yang berhasil mempertahankan kekagumannya terhadap dunia seorang idola. Terima kasih pada mereka, khususnya Minho, dia bisa mendapatkan kesempatan hingga menjadi sedekat sekarang dengan Eunhyuk.

Dimana kekasihnya itu? Ah iya, dia kan masih di Taiwan, jadi tidak mungkin datang, dengan sedih Miho mengingat kenyataan itu. Eunhyuk sudah mengiriminya sms berkali-kali sejak awal hari ini. Sepertinya justru cowok itu yang lebih panik mengenai penampilannya dibandingkan dia.

Seseorang menepuk pundak Miho. “Gugup?” tanya orang yang ternyata adalah Sangryeol Sajangnim.

Miho memberinya senyum terlebar yang bisa dilakukannya. “Aaaniyo~” jawabnya ceria.

“Bagus! Pertahankan seperti itu! Kau bagus, Miho! Aku yakin setelah ini kau akan jadi bintang besar!”

Miho terharu mendengar kata-kata Sangryeol, dia tak bisa membalasnya kecuali dengan, “Terima kasih.”

“Buatlah teater ini bangga! Buatlah aku bangga! Aku yakin kau mampu! Sebab akhir-akhir ini kau makin bagus!” tambah pria itu.

Miho mengangguk sambil sedikit membungkuk. “Ne, saya akan berusaha keras,” janjinya pada Sangryeol.

Sangryeol mengangguk-angguk puas, lalu menyuruh Miho mulai berkonsentrasi pada perannya dan berbalik meninggalkannya.

Ketika Sangryeol tidak nampak lagi, Miho mengambil ponsel dari saku kostumnya. Mulutnya membentuk senyum saat melihat foto yang terpampang di sana. Foto Eunhyuk yang diambil langsung dengan kamera ponselnya. Pria itu habis makan es krim, dan mulutnya belepotan. Tapi yang membuatnya paling menyukai foto itu adalah karena itu foto pertama dari kencan pertama mereka.

Miho menyentuh layar ponselnya, menyusuri gambar hidung Eunhyuk dengan jarinya, berharap dia bisa benar-benar merasakan lekuk hidung kekasihnya itu.

Terdengar suara-suara yang menandakan bahwa pertunjukan akan dimulai. Adegan Miho bukan di awal sekali, tapi dia tetap harus bersiap-siap. Kini lampu di atas kursi penonton telah dimatikan, suara-suara mereka juga mulai berhenti. Di atas panggung kini hanya satu lampu menyala menyoroti titik kosong tempatnya nanti harus berdiri.

Miho melihat sekelilingnya, sudah kosong. Memang dia akan keluar dari sisi yang berbeda dari pemain lain, jadi sekarang tidak ada orang di sekitarnya.

Miho menarik nafas ketika narator memulai monolognya. Dia merasa agak gugup. Meski ini bukan penampilan pertamanya, tapi rasanya seperti itu. Mungkin karena ini pertama kalinya dia melakukannya dengan kesungguhan yang bulat. Ada yang benar-benar ingin dicapainya setelah melakukan peran ini, mungkin itu yang memicu adrenalinnya mengalir lebih cepat. Dia melirik lagi ke arah ponselnya lalu berbisik, “Doakan aku.”

Tiba-tiba Miho merasakan tangan seseorang melingkari pinggangnya, lalu di belakang telinganya dia mendengar sebentuk suara yang sudah sangat dikenalnya, “Pasti. Aku akan mendoakanmu, menunggumu, lalu bertepuk tangan keras-keras untukmu.”

Miho menoleh dan ternganga, tidak percaya bahwa dia melihat Eunhyuk di belakangnya. “Apa yang kamu lakukan di sini?”

Eunhyuk tersenyum, “Sedang main selinap-selinapan untuk bertemu dengan pacarku yang paling cantik sedunia.”

Miho hampir tersenyum, tapi berhasil di tahannya, “Maksudku di Korea. Katanya kamu masih sibuk di Taiwan?”

“Aku melarikan diri. Hehe,” Eunhyuk nyengir.

Terdengar suara musik yang sudah dihapal Miho. Sebentar lagi dia harus menjadi Sangji. Dibuangnya segala pertanyaan di benaknya dan mulai berkonsentrasi membentuk karakter Sangji. Sebelum sepenuhnya berubah menjadi Sangji, Miho merangkulkan lengannya ke leher Eunhyuk. “Beri aku kekuatan,” ujarnya pelan.

“Bagaimana?” tanya Eunhyuk memperhatikan wajah Miho yang sudah dimake-up.

Miho mengepalkan tangannya di belakang kepala Eunhyuk, merasa ragu sejenak atas apa yang akan dilakukannya, tapi kemudian teringat bahwa ini Eunhyuk, jadi dia akan memasrahkan diri sepenuhnya pada cowok ini. Perlahan kepalanya mendekat ke arah kepala Eunhyuk. Lalu cup, bibirnya mengecup bibir Eunhyuk. Merasakan kehangatannya dan menyerap kepercayaan dirinya.

Saking kagetnya, pelukan Eunhyuk di pinggang Miho terlepas. Ini ciuman pertama mereka, dan Miho yang memulainya. Dia tidak sedang bermimpi kan? Sebelum kekagetannya pulih, Miho sudah terlepas dari pelukannya dan sedang melangkah ke panggung dengan gaya wanita karir nan percaya diri yang sibuk menelepon relasi bisnis. Mihonya telah berubah menjadi wanita bernama Sangji yang ditakdirkan untuk menderita dan berakhir tragis. Wanita korban perkosaan yang oleh Mihonya hanya akan diperankan. Sebagai Miho, wanita itu baru saja membuktikan bahwa cinta bisa merubah akhir yang tragis menjadi bahagia. Miho bukan Sangji.

Eunhyuk memandangi sosoknya yang anggun dan tahu bahwa ini baru langkah awal wanita itu.

Rasa bangga dan cinta memenuhi rongga dadanya. Dia tersenyum. Dialah yang akan menemani Miho menuju dunia baru mereka yang penuh cinta dan kehangatan.

Perlahan dan diam-diam dia mundur, memutuskan untuk memberi penghargaan tertinggi kepada kekasihnya sebagai seorang aktris dengan menyaksikan dramanya dan terhanyut di dalamnya dari kursi penonton. For she is his Lovely Fox.

My Lovely Fox

KKEUT.